Minggu, 10 Oktober 2010

Algoritma untuk menentukan status eliminasi dan resiko Maternal Neonatal Tetanus

Berikut adalah alg

Wawasan menyempit dikala marah

Sadar atau tidak sadar, tindakan baik dan benar sangat dipengaruhi oleh wawasan kita terhadap tindakan yang akan kita lakukan beserta rentetan sebab akibatnya.Karena di dunia ini hukum "aksi-reaksi" tidak dapat dihapuskan. Setiap aksi yang kita lakukan pastilah ada rekasi awal yang memicunya dan ada reaksi lanjutan sebagai akibatnya. Demikianlah kejadian-kejadian terus berlangsung, seperti reaksi nuklir, yang hampir tidak diketahui kapan reaksi terakhir akan terjadi dan dimana, serta menimpa siapa. Kala kita marah, reakasi adalah "fight" dimana kita siap menghancurkan yang dianggap lawan atau yang tidak sepaham atau yang berpotensi menjadi pengalang keinginan kita. Pada saat seperti itu, maka niat kita cuma satu "lawan harus kita serang" "kehancurannya adalah kebahagaiaan saya" bahkan kadang ada yang sampai mengatakan "mati pun jadilah". Bukankah kalau dia sudah mati dia tidak akan menikmati kemenangan yang dimaksudnya. Pada sisi lain, marah adalah ventilasi. Anggaplah air direbus sampai mendidih, dan bila tidak ada lubang untuk jalan keluar uap, pastilah wadahnya meledak dan hancur. Namum pada kehidupan manusia, interaksi interpersonal, dimana hubungan antar manusia sudah menjadi keharusan untuk bertahan hidup, ventilasi harus dikelola dengan benar. Pengelolaan melalui komunikasi intrapersonal merupakan salah satu pilihan pertama. Dimana kita berbicara kepada diri kita sendiri; dimana kita skarang, mengapa kita ada pada tempat sekarang, kemana kita akan pergi, dan untuk apa kita pergi kesana..dan seterusnya. Namun komunikasi interpersonal harus seimbang dengan intrapersonal, supaya tidak terjadi keadaan-keadaan yang seperti nyata menurut kita tapi tidak nyata bagi kebanyakan orang, lalu kita tertawa sendiri. Komunikasi interpersonal, memerlukan orang dan waktu yang tepat. Rumah ibadah adalah tempat dan ada orang-orang terbaik bagi kita sebagai ventilasi, semoga.