Minggu, 31 Mei 2009

Kegembiraan Pada Anak

Sebagian mereka datang dengan wajah memancar, sebagian malah kegirangan tertawa – tawa, ada juga yang tanpa ekspresi dingin. Tidak pasti apa yang disampaikan orangtua mereka waktu mereka berangkat dari rumah. Juga tidak pasti apa yang ada dipikiran anak-anak ini waktu mereka berangkat dari rumah dengan ransel yang hampir sama dengan ukuran badannya. Didalamnya ada perlengkapan sehari-hari, telur dadar dengan sambal, beras 1 muk, popmie 1 cup, dan lupa jajanan yang sebenarnya tidak dianjurkan dibawa. Tepat pukul 4 sore itu semua anak-anak sudah berkumpul di GKPS Simalingkar Medan, mereka akan mengikuti camp sekolah Minggu dari Sabtu Pukul 16.00 – Minggu pukul 09.00 Wib. Mati listrik setelah acara baru dimulai tidak mengurangi kegembiraan anak-anak, panitia saja yang sedikit panik. Mereka sibuk keluar masuk tenda masing-masing, hingga teras dan alas tendanya menjadi sedikit kotor. Keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya tidur di tenda beralasakan tanah, tanpa lampu, tanpa bantal, tanpa guling, tanpa selimut, tanpa kipas angin, tanpa AC, tanpa TV, tanpa radio, berdesak-desakan, adalah sama dengan keingintahuan mereka terhadap hal-hal besar. Mereka menjadi bertanya bagaimana kami bisa hidup seperti ini, sedangkan diluar sana orang antri menanti bantuan makanan, anak-anak seusia kami hanya tinggal kulit dengan tulang, anak seusia kami tergeletak dijalan dan tidak mampu bangkit karena kurang gizi hebat, dan banyak lagi yang mereka pikirkan. Hingga pukul 19.00 Listrik PLN belum juga hidup, sementara akan ada pembinaan rohani menggunakan LCD. Jam makan malam pun sudah tiba, akhirnya penerangan untuk makan malam menggunakan lilin, lampu kapal, dan lampu mobil. Makan malam di tikar bersama – sama memberi pengalaman tersendiri bagi anak-anak, beberapa anak meminta tambahan nasi walaupun biasanya di rumah mereka selalu menyisakan nasi dipiringnya, semua anak makan sayur, yang sebelumnya tidak meraka lakukan dirumah, mereka semuanya mandiri setidaknya untuk makan malam ini. Kegiatan pembinaan rohani mereka pada malam itu menguatkan pendangan mereka betapa masih banyak anak-anak yang hidupnya sangat susah di tempat yang lain. Pada akhir pembinaan rohani semua anak-anak membuat janji iman berupa memberikan sebagian uang mereka untuk pembangunan gereja. Uang itu berupa uang jajan, uang pemberian keluarga dan yang lain – lain yang bisa mereka hemat dan diberikan kepada pengurus gereja. Uang ini bisa diberikan sepanjang tahun atau sesuai dengan keiningan mereka. Ini akan memberikan pengalaman kepada mereka bahwa memberi itu akan membuat kehidupan bermasysarakat lebih baik, dan kita memberi karena kita sudah lebih dulu diberi oleh Tuhan. Pengalaman-pengalaman ini mereka bawa tidur pada pukul 10.00 di tenda masing-masing. Mereka masuk tenda dengan baju-baju dan celana panjang tebal, hingga akhirnya kepanasan, dan sebagian memilih pindah kedalam gereja. Anak-anak tidak langsung tidur, mereka saling bercerita antah berantah, dan cerita-cerita ini menjadi inpirasi bagi mereka, dan bisa mengubah hidup mereka. Beberapa orang tua dengan setia menjaga mereka, sambil bermain catur, bermain kartu joker, duduk di sekitar api unggun, dan tidur di mobil di sekitar tenda. Setelah pukul 01.00 suasana menjadi senyap. Semua anak-anak sudah pulas, hingga pukulan tiang besi lapangan volley mengharuskan mereka bangun dan bersiap-siap untuk bersyukur dalam saat teduh bersama guru sekolah minggu. Pukul 09.00 semua anak-anak pulang, dan memberi ke Gereja dengan uang sendiri, pengalaman pertama hidup mereka, ya..ini pengalaman pertama. Tuhan…kami lakukan banyak hal untuk anak-anak ini…Tuhan…engkau ijinkan kami bimbing mereka, dan ijinkan mereka memahami kekuasaan, kerajaan dan kemuliaanMu ada dibumi dan disorga..Amen.

Tidak ada komentar: